Kamis, 15 Oktober 2015

Penjelasan Amitabha Sutra 03



Penjelasan Amitabha Sutra Karya Master Ou Yi
Bagian 3

Bait Sutra :


yǔ      dà      bǐ       qiū     sēng            qiān  
                                         

èr       bǎi     wǔ     shí      rén     jù                         
                                         

hadir dalam persamuan tersebut, para siswa utama yang berjumlah 1250 orang,



Penjelasan :
Para siswa utama ini merupakan Maha Bhiksu sehingga dikategorikan sebagai Bhiksu Mahayana, yang juga dapat disimpulkan sebagai Bodhisattva Mahayana, sutra ini merupakan sutra Mahayana.

Bhiksu merupakan anggota Sangha yang telah menjalani Upasampada (upacara penahbisan). Kata “Bhiksu” mengandung tiga makna yakni yang pertama adalah cendekiawan yang berpindapatra. Dengan berpindapatra menghidupi diri sendiri, tetapi di Tiongkok pindapatra malah dianggap mengemis sehingga dipandang rendah oleh masyarakat. Sedangkan di India berpindapatra dianggap sebagai prilaku yang terdidik dan bermoral, maka itu dihormati masyarakat, latar belakang budaya Tiongkok dan India adalah berbeda.

Buddha Sakyamuni menetapkan bahwa harta keseluruhan anggota Sangha adalah tiga helai jubah dan satu patra. Cuaca di India panas tiga helai jubah sudah mencukupi. Sedangkan wilayah Tiongkok lebih condong ke utara, tiga helai jubah mana cukup untuk mengusir hawa dingin, maka itu mengenakan pakaian resmi negeri tirai bambu, waktu biasa mengenakan Hai Qing. Hai Qing adalah pakaian pelajar pada masa Dinasti Han. Kemudian jika ada upacara kebaktian maka di sisi luar akan ditambahkan selembar kain berpetak-petak.

Setelah meninggalkan keduniawian maka tiada lagi beban kerisauan barulah hati jadi tenang, samadhi baru bisa dicapai. Meninggalkan keduniawian adalah meninggalkan Trailokya (Kamaloka, Rupaloka dan Arupaloka), yang penting adalah metode pelatihan diri. Terhadap segala benda di duniawi ini tidak boleh melekat. Semua hal ini dapat dijalankan pada tempo dulu, asalkan Bhiksu itu sudah menjalani Upasampada, maka boleh menginap di semua vihara di mana saja.

Vihara di Tiongkok, masing-masing memiliki metode pelatihan diri tersendiri, Ajaran Buddha di Tiongkok memiliki banyak aliran, setiap Bhiksu yang ingin mempelajari pintu Dharma yang mana saja juga boleh pergi berkelana mendalaminya. Tetapi seiring dengan berlalunya waktu, Ajaran Buddha tersebar ke Tiongkok hampir dua ribu tahun lamanya, lama kelamaan mulai mengalami perubahan.

Vihara yang tempo dulunya adalah milik sepuluh penjuru akhirnya berubah menjadi vihara milik anak cucu, diwariskan kepada murid dan cucu muridnya, demikianlah dari satu generasi demi generasi selanjutnya turun temurun, takkan memuat orang luar, hingga hari ini tradisi jaman dulu sudah tidak ada lagi, sehingga memaksa anggota Sangha harus ikut menabung, tidak boleh tidak ada tempat tinggal yang tetap, kini anggota Sangha dan umat berkeluarga memiliki kondisi yang sama.    

Pada era besar ini, anggota Sangha harus memiliki tabungan agar dapat bertahan hidup, meskipun diperbolehkan tetapi di dalam hatinya tidak boleh melekat padanya, juga tidak boleh banyak jumlahnya. Jika tidak demikian, maka saat menjelang ajal Buddha Amitabha datang menjemput, anda masih teringat pada saham dan properti anda sehingga tidak sudi mengikuti Buddha pergi ke Alam Sukhavati.  

Makna yang kedua dari kata “Bhiksu” adalah menghancurkan kejahatan. Menghancurkan kekotoran batin, takkan jatuh ke dalam pandangan dualisme. Uraian yang lebih jelas akan dibahas di bagian selanjutnya.

Makna yang ketiga adalah membuat Mara merasa gentar. Raja Mara Papman yang menghuni alam surga tingkat ke-6 dari Kamaloka yakni Alam Surga Parinirmita-vasavartin,  menguasai dan memerintah enam alam tumimbal lahir. Bila ada insan yang menjadi anggota Sangha dan melatih diri, maka penduduk yang berada di kawasan pemerintahannya menjadi berkurang satu orang, Raja Mara akan merasa gentar dan takut.

Karma adalah Bahasa Sanskrit, yang artinya perbuatan. Dengan menerima dan mengamalkan Ajaran Buddha, melatih diri sesuai dengan ajaran, maka dapat membebaskan diri dari Trailokya (Kamaloka, Rupaloka dan Arupaloka). Tetapi sebaliknya jika hanya penampilan semata tetapi tidak menjalankan sila, maka takkan bisa membuat Mara merasa gentar.

Master Ou Yi hidup pada akhir periode pemerintahan Dinasti Ming, memasuki permulaan dari masa Dinasti Qing. Ketika masih berusia muda, Master Ou Yi belajar Aliran Tian Tai, terhadap sila memiliki pemahaman yang mendalam. Menurut beliau, di Tiongkok setelah masa Dinasti Song Selatan (1127-1279)  berlalu sudah tidak ada lagi yang disebut dengan anggota Sangha.

Sila Bhiksu-Bhiksuni dianggap sah apabila ada paling sedikit lima orang anggota Sangha yang menurunkan padanya. Sedangkan sila Bodhisattva dan sila lainnya, boleh diambil dengan mengikrarkan tekad di hadapan rupang Buddha. Master Ou Yi sendiri, setelah mengambil sila KeBhiksuan, jadi memahami kenyataan ini, lalu mengundurkan diri dari sila KeBhiksuan, tidak berani menyebut diri sendiri sebagai Bhiksu, hanya menyebut diri sendiri sebagai “Samanera yang mengamalkan sila Bodhisattva”. Muridnya yang bernama Venerable Cheng Shi menulis riwayat hidup Master Ou Yi, juga tidak berani menyebut diri sendiri sebagai Venerable tapi menulis dirinya sendiri sebagai “Upasaka yang meninggalkan keduniawian”. Masa kini, apabila bisa berhasil menjalankan Lima Sila dan Sepuluh Kebajikan, maka prestasi ini sudah amat unggul.

Sangha merupakan organisasi yang harmonis, untuk memelihara keharmonisan ini diperlukan enam prinsip yakni :     

1.       Keharmonisan dalam tindakan
Berada bersama dalam sebuah kelompok belajar, umpamanya vihara atau sekolah tinggi Agama Buddha.
2.       Keharmonisan dalam ucapan
Dalam ucapan takkan ada pertentangan
3.       Keharmonisan dalam pikiran
Tinggal secara bersama secara harmonis, wajah ramah dan tutur kata yang lembut.  
4.       Keharmonisan dalam pandangan
Memiliki pandangan yang serupa, dari metode yang dipelajari membangun kebersamaan.   
5.       Keharmonisan dalam pengamalan sila
          Sila adalah peraturan, dalam setiap sisi kehidupan ada tata kramanya.
6.       Keharmonisan dalam pembagian manfaat
Dalam berbagai keperluan hidup harus adil merata, tidak ada yang diistimewakan.

Anggota Sangha yang berjumlah empat orang berada bersama melatih diri dapat disebut sebagai “organisasi Sangha”, andaikata di rumah ada empat orang yang melatih diri bersama juga dapat disebut sebagai organisasi Sangha. Sangha memiliki arti organisasi, makna yang sesungguhnya bukanlah hanya menunjuk pada Bhiksu-Bhiksuni.

Sungguh langka ditemukan dan sulit diperoleh bila ada Sangha yang muncul di dunia ini, maka itu pasti mendapat perlindungan dari para Buddha, Bodhisattva dan Dewa Naga. Bukan hanya organisasi Sangha yang akan memperoleh berkah, bahkan kawasan sekitarnya juga ikut memperoleh kegemilangan ini, praktisi sejati merupakan insan yang memiliki berkah kebajikan yang besar.

Waktu lalu di Taipei ada seorang Upasaka senior yang bernama Zhao Mao-lin mengundangku makan bersama di Gong De Lin, ketika topik pembicaraan sampai pada organisasi Sangha, dia berkata : “Orang sekarang telah menciptakan karma buruk memecah belah keharmonisan Sangha, kelak harus jatuh ke Neraka Avici, bagaimana ini ya”. Saya berkata : “Ke mana anda bisa menemukan organisasi Sangha yang harmonis?”. Setelah mendengarnya dia jadi tertawa.

Siswa Buddha berjumlah 1255 orang tetapi yang tercantum adalah 1250 orang, 5 orang lagi merupakan hasil pembulatan angka nol.

“Tiga Bersaudara Kasyapa” adalah tiga orang abang adik, saat itu mereka adalah pemimpin dari sebuah kelompok pemujaan, memiliki pengikut tersendiri. Abang sulung bernama Uruvela Kasyapa mempunyai pengikut sebanyak 500 orang. Sedangkan dua adiknya, Gaya Kasyapa dan Nadi Kasyapa, masing-masing mempunyai 250 orang pengikut, bila digabung keseluruhannya berjumlah seribu orang. Sariputra dan Maudgalyayana membawa 200 pengikut, Yasa membawa 50 orang, lalu ditambah lagi 5 Bhikkhu yang paling awal ditahbiskan. Jadi total keseluruhannya adalah 1255 orang. Mereka adalah pengikut setia Buddha Sakyamuni, sepanjang hidup berada bersama Buddha Sakyamuni, sampai ketika Buddha memasuki Pari Nirvana barulah bubar.                

Dipetik dari : Buku Ceramah Master Chin Kung
Judul : Penjelasan Amitabha Sutra Karya Master Ou Yi


佛說阿彌陀經要解講記
(三)

《經》與大比丘僧。千二百五十人俱。

《解》大比丘。受具戒出家人也。比丘梵語。含三義。一乞士。一缽資身。無所蓄藏。專求出要。二破惡。正慧觀察。破煩惱惡。不墮愛見。三怖魔。發心受戒。羯磨成就。魔即怖也。僧者。具云僧伽。此翻和合眾。同證無為解脫名理和。身同住。口無諍。意同悅。見同解。戒同修。利同均。名事和也。千二百五十人者。三迦葉。師資共千人。身子目連。師資二百人。耶舍子等。五十人。皆佛成道。先得度脫。感佛深恩。常隨從也。

「比丘」上加個「大」字,屬大乘比丘,亦即大乘菩薩,此經為大乘經典。比丘為受具足戒的出家人。比丘有三義:(一)乞士。以托缽乞食為生,士為讀書人。在中國以乞討為生者叫乞丐,令人看不起。印度乞士有學問有道德,受人尊敬,文化背景不同。佛制出家人全部財產即三衣一缽。印度天氣熱,三衣夠用。中國在地球緯度上偏北,三衣不足以禦寒,故仍穿中國衣服,平時即穿海青。海青是漢時讀書人之服裝,遇有法會典禮時,外加一件袈裟。中國式的袈裟比印度袈裟縮小三分之一,用鉤環搭在身上。日本法師穿西裝,其袈裟更小,只有一、二寸,放在西裝袋中,有法會時拿出來帶上。可見佛教之適應能力非常圓融,作到了本土化與現代化。

出家以後即無家,無憂無慮,無牽無掛,心才安定,能達三昧現前。「專求出要」,「出」是出離三界,「要」是最重要的修學方法,出家志趣在此。所以對世間一切法都不可留戀。過去可以行得通,只要出家受戒,任何寺院庵堂均可掛單。每一道場有其特殊道風學風,中國有許多宗派,出家人願意學那一法門都可以去參學。佛法在中國傳了近兩千年,日久生弊。古時的十方叢林到後來變為子孫廟,傳之徒子徒孫,代代相傳,並不容納外人,到今天古時道風已蕩然無存,逼著出家人不能不積蓄,不能沒有住處,現在出家人幾與在家人同。在這個大時代,出家人雖要有積蓄,以求生存,事上可以有,但心中不能常存此念,且不可貪多。否則臨終時阿彌陀佛來接,你還有房地產股票美鈔一大堆,就不願意隨佛西去了。(二)破惡。破煩惱惡,不墮愛見。此廣指見、思二惑。後面有詳細解說。(三)怖魔。通指天魔,如波旬自在天王之類,三界六道都是他所統治。如某人出家修道,其所管轄之人民又跑掉一個,魔王即感到恐怖。「羯磨」梵語,譯為「作法」,即舉行儀式,鄭重宣誓,接受佛的教誡,依教奉行,可以脫離三界。現在有的出家人雖在戒壇受戒,而心不出離,魔亦未必恐怖。

蕅益大師生於明朝末年,歿於清初。年輕時學天台,對戒律有很深的研究。據他說,中國自南宋以後即沒有出家人,比丘比丘尼戒至少須有五位比丘傳授才算是得戒。菩薩及其他戒,可以自己在佛前宣誓即可得戒。蕅益大師受比丘戒之後,明白這種事實,自己就把戒退掉了,不敢自稱比丘,只稱「菩薩戒沙彌」。他的徒弟成實法師,編大師全集,也就不敢引用其師的稱呼,而用「出家優婆塞」。現在五戒十善真正作到已經了不起了。

「僧者,具云僧伽」,又稱為「和合眾」。和合眾有七條戒必須遵守,第一個是理和,同證無為解脫。有一個共同的願望,了生死,出三界,此是屬於理和。另外有六條屬於事:(一)身同住。同住在一個學習單位,如寺院或學院。(二)口無諍。言語之間,無有爭執。(三)意同悅。融洽相處,和顏悅色。(四)見同解。看法一致,對於修學的原則方法境界,建立共識。(五)戒同修。戒是規約,生活方面各有規範。(六)利同均。物質生活平等,無特權階級。出家人四個人在一起共修謂之「僧團」,如家中有四人在一起共修亦謂之僧團。「僧」是團體義,其本義非專指出家人。僧團出現於世間,稀有難得,一定得到諸佛護持,龍天守護,不但僧團有福,其所在地區也沾到光,真正修行人乃是有大福德之人。易經上說:「三人同心,其利斷金。」中國開國明君,不過少數幾個人同心合作而得天下。過去在台北趙茂林老居士請我在功德林吃飯,談到僧團問題,他說:「現在人造了破和合僧的罪業,將來要下阿鼻地獄如何得了。」我說:「你在那裡看到有和合僧呢?」他聽後也笑了。

佛的常隨眾有一千二百五十人,另外還有五個人是零數免去了。「三迦葉」是三兄弟,當時皆是宗教領袖,有自己的信徒。長者名優樓頻螺迦葉和他的弟子共五百人,其兩位弟弟,迦耶迦葉及那提迦葉各有二百五十人,共五百人,合計一千人。「身子」即舍利弗,他及目犍連同他們的徒眾共二百人,另加耶舍子五十人,再加最初五比丘,總共一千二百五十五人。他們是常隨眾,盡佛的一生,追隨佛之左右,一直到佛入涅槃後才離開。



文摘恭錄 佛說阿彌陀經要解講記
淨空法師講述